Tuesday, January 16, 2007

AKU TAHU DIA IKHLAS…..

Suatu sore, hari minggu pertengahan tahun, tepatnya 10 tahun yang lalu, di sebuah kota di tengah Pulau Jawa bagian selatan, seorang laki-laki remaja berusia 15 tahun melamun dalam sebuah kegelisahan di kamar kosnya, ya kegelisahan yang biasa menghinggapi para remaja di usianya. Belum genap setahun ia tinggal di kota itu, untuk menuntut ilmu di sebuah sekolah menengah atas negeri di bagian barat kota itu. Dia tau bahwa dia sedang memendam suatu perasaan manis yang bergejolak kepada seorang gadis teman sekelas di sekolahnya, yang bagi sebagian besar orang di dunia ini, hal itu adalah hal yang biasa-biasa saja. Pesona gadis tersebut memang telah menghantui hari-harinya baik di sekolah ketika mereka bertemu (walaupun dalam pertemuan tersebut hanyalah pertemuan dimana ia hanya menatap kagum dari kejauhan pada gadis tersebut tanpa ada pembicaraan diantara mereka berdua), ataupun di saat dia sedang sendirian. Hanya saja dia tidak tahu bagaimana menyampaikan isi perasaannya tersebut kepada gadis itu. Akhirnya dengan suatu perjuangan yang keras terlebih dahulu dalam mengalahkan rasa takut yang berkecamuk dalam dirinya, ia beranikan diri untuk datang ke rumah gadis itu. Ketika sampai di rumah gadis tersebut, ternyata gadis pujaannya sedang asyik menyirami tanaman di perkarangan rumahnya. Dadanya semakin berdegup kencang menahan rasa hina yang semakin tak terkendali. Akhirnya tertuangkan juga perasaannya tersebut, walaupun tidak berbalas. Dia kecewa, tapi tidak sakit hati apalagi menyimpan dendam dan dia lega. Dia sadar, memang ada perbedaaan antara mereka, disamping usia yang masih muda. “Aku berasal dari pulau seberang, kos, dan sendirian gak ada siapa-siapa di kotamu, sementara kamu gadis rumahan yang lugu dan memiliki semuanya yang kamu butuhkan.” Katanya dengan sedikit skeptis kepada gadis itu. Dia tidak pernah melupakan kejadian itu, sama seperti dia tidak pernah bisa untuk melupakan pesona alami gadis itu.

Dan waktu berjalan 9 tahun ke depan, di pertengahan tahun kemarin. Sang laki-laki remaja telah tumbuh dewasa, menetap di sebuah kota di suatu pulau yang telah gundul karena praktek biadab illegal logging yang tidak terkendali. Pada hari itu, ia ada kesempatan kembali lagi ke kota yang telah meninggalkan banyak kenangan di hatinya itu, untuk suatu kepentingan pribadi. Sudah lama ia tidak pernah lagi berkomunikasi dengan gadis itu, walaupun dalam kesehariannya bayang-bayang akan pesona alami gadis itu selalu menghantuinya. Ia hanya tahu dari teman-temannya di kota itu, bahwa gadis itu telah menikah dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki yang manis. Dia tetap menyimpan rasa hina tersebut….

Akhirnya dia beranikan diri, memencet keypad HPnya, menulis sebuah pesan pendek, yang isinya menanyakan bagaimana kabarnya, dan tidak lupa dia juga mengabari bahwa sekarang dia berada di kota itu. Tidak lama kemudian, dia menerima balasan pesannya yang sangat menggugah rasa penasarannya, berbunyi : “Kabarku gak baik-baik.” Langsung dia dial nomor HP gadis tersebut, menanyakan kenapa dia tidak baik-baik. Akhirnya terungkap sudah semua, permasalahan yang dialami gadis yang telah berubah menjadi seorang wanita dewasa tersebut, dimana dia sekarang dalam proses perceraian dengan suaminya, dikarenakan perselingkuhan suaminya dengan wanita lain. Pembicaraan malam itu berisi tentang curahan hati sang wanita tersebut dan akhirnya merekapun janjian untuk bertemu besok paginya di suatu tempat, dimana pada hari itu laki-laki itu akan kembali pulang ke tempat tinggalnya yang sekarang.

Dan merekapun bertemu kembali di pagi itu, dalam suasana yang biasa dan tidak kaku, meskipun ada rasa yang tetap bergetar. Mereka bercengkerama bernostalgia masa-masa SMA dulu di suatu tempat makan, dekat sebuah stasiun kereta api bernama sebuah tokoh kartun pelaut pemakan sayur bayam. Hari itu laki-laki tersebut sampai ketinggalan pesawat dan penerbangan pulangnya diundur sore harinya. Selama menunggu penerbangannya, hari itu dia habiskan waktu bersama wanita tersebut di rumah sang wanita dan berkenalan dengan anak-laki jagoannya yang sangat manis. Akhirnya dia kembali pulang, telpon-telponan dengan wanita itu terus berlanjut, hingga akhirnya tercipta komitmen untuk menjalin suatu hubungan yang serius diantara mereka berdua.

Beberapa bulan kemudian laki-laki itu kembali mengunjungi sang wanita, mereka saling melepas rindu, sampai pada akhirnya rasa yang selama ini terpendam tercurahkan pada suatu goresan perbuatan yang mencirikan mekanisme pencurahan hasrat yang alami, tanpa paksaan…

Beberapa bulan berselang, sang wanita menyatakan bahwa dia berfikir ulang kembali soal komitmen diantara mereka, dan ia memutuskan untuk menarik diri dari komitmen itu untuk menata hatinya kembali, karena dia merasa trauma dengan hubungannya yang terdahulu. Ada sedikit rasa kecewa di hati laki-laki itu, tapi dia tidak sakit hati apalagi menyimpan dendam. Laki-laki itu memahami sepenuhnya hak sang wanita, dan suatu hubungan tidak bisa dipaksakan, bukankah mencintai adalah perasaan yang membebaskan bukan mengekang
. Dia tidak pernah melupakan kejadian itu, sama seperti dia tidak pernah bisa untuk melupakan pesona alami gadis itu. Pada akhirnya sang laki-laki hanya bisa ikhlas, dan berjanji akan melakukan hal yang terbaik buat sang wanita tersebut meskipun dia harus mengorbankan perasaaan cintanya sendiri.

(Dan aku tahu pasti, bahwa sang laki-laki itu mencintai sang wanita itu dengan tulus dan ikhlas dan dia tidak akan pernah bisa melupakan pesona alami sang gadisnya yang telah menjadi seorang wanita dewasa sepenuhnya…)

1 comment:

Anonymous said...

hmm indah ..sayang, aku menemukan banyak potongan duka di bait kata yang kau tulis. Begitulah cinta...be strong dear